
MENGENAL SOSOK WAYANG CAKIL
SMK Kesehatan CSI memang sekolah berbasis ilmu-ilmu tentang kesehatan. Sekalipun demikian SMK CSI tidak lupa akan seni budaya Nusantara seperti yang diamanatkan Pemerintah DIY yakni adanya program pendidikan berbasis budaya. Dalam struktur kurikulum seni budaya juga ditetapkan secara nasional masuk sebagai mata pelajaran.
Kali ini cerita tentang wayang kulit purwa kami tuliskan untuk para pembaca Website SMK CSI.
MENGENAL SOSOK WAYANG CAKIL
Oleh: Samsuri Nugroho
(Peperangan Cakil melawan Abimanyu)
Jika kita perhatikan, deretan raksasa dalam wayang kulit Jawa yang paling cakep dan rapih adalah Cakil. Ia sangat tampan dan artistik. Penggambaran bentuk wajah dan tubuhnya sangat cocok/tepat dengan karakteristik penokohan yang ingin dibangun.
Cakil merupakan wayang asli Indonesia, baik ujud phisik maupun kehadiran ceritanya dalam pewayangan. Tokoh Cakil tak akan dijumpai dalam kisah Ramayana maupun Mahabarata versi asli India. Ia dihadirkan dalam pewayangan sebagai peneguh kehebatan seorang kasatriya dalam menjalani darmanya hidup.
Sesungguhnya Cakil bukanlah nama dari wayang dimaksud tetapi Cakil adalah penyebutan untuk wayang raksasa yang becirikan: bertangan dua, bergigi mrenges, bertaring, mampu bergerak lincah dan sebagainya. Penamaan tokoh ini dalam pagelaran wayang kulit sepenuhnya menjadi hak prerogratif sesuai selera ki Dhalang, misalnya Ditya Gendir Penjalin, Ditya Waningpati dst.
Kedua tangan Cakil bisa digerakkan seperti tokoh kasatriya wayang pada umumnya merupakan salah satu penanda waktu, kapan ia dibuat oleh sang empu.
Tahun kelahirannya ditandai dengan sengkalan memet (sengkalan bergambar): Tangan Yaksa satataning jalma (1552 C) atau 1630an M.
Tokoh ini selalu menyapa penonton di saat perang Kembang yakni perangnya kasatriya melawan raksasa setelah adegan gara-gara. Dengan iringan gending playon sampak sanga ia sangat lincah dan akrobatik melawan kasatriya Arjuna, Abimanyu atau kasatriya bagus lainnya misalnya Bambang Irawan.
Makna simbolik dalam perang Cakilan adalah kerakusan, pethakilan, penganggu ketenteraman (raksasa) selalu kalah dengan kebaikan dan ketenangan dalam bertindak (kasatriya). Cakil selalu mati terbunuh oleh kerisnya sendiri, ini sebagai simbol bahwa orang yang pethakilan selalu terjerumus jatuh oleh pakartinya sendiri.
Namun ia pun bisa diartikan sebagai simbol seorang pekerja keras. Ia selalu rela berkorban hingga titik darah penghabisan. Jiwa raganya ia korbankan.
Peperangan antara cakil melawan kasatria ini sungguh menarik untuk ditonton. Selain penuh makna juga terkadang sebagai tolok ukur kemampuan ki dhalang dalam memainkan boneka wayang kulit Jawa.????
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
SMK KESEHATAN CSI GOES TO BALI
SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia melakukan kunjungan industri ke Pulau Bali selama lima hari. Kunjungan industry terbagi menjad dua kloter. Kloter pertama kelas XII pada ta